Saturday 16 February 2019

NHW #3 Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah

"Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya” 
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.


Tulisan diatas merupakan sedikit potongan dari materi ketiga di kelas Matrikulasi, gimana rasanya pas baca itu?
Kalo aku sih terasa seperti dibangunkan dari tidur panjang, langsung kaya yang "ya Allah ternyata selama ini tuh aku sedang menjalankan misi penting dariMu Ya Allah tapi akunya kok ya santai-santai aja huhuhu"
Setelah mendapat materi ketiga ini, aku semakin tersadarkan bahwa menjadi orangtua itu bukan sekedar kodrat, harus totalitas, & fokus.
Dan sekaligus aku merasa mendapat tamparan, bahwa selama ini aku masih jauh sekali dari kata seorang istri yang baik. 
Dimana saat sesi diskusi materi ketiga ini tuh kondisinya aku sedang ngambek sama suami sehabis konflik kecil.
Ah pokoknya materi ketiga ini bener-bener ngenaa banget & nampar aku bangeet lah. 
Bersyukur sekali Allah izinkan aku mengikuti kelas di IIP ini.

Dan untuk NHW kali ini tuh bener-bener sesuatu bangeet. 
Yang pertama, Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Nah lho bikin surat cinta, seumur-umur aku tuh belum pernah yang namanya buat surat cinta, seringnya mah dulu dapet surat cinta hihihi
Dan surat cinta tuh bukan aku bangeet lah pokoknya, aku itu bukan tipikal cewek romantis dan gak suka diromantisin yang lebay-lebay kaya drama korea gitu. Sedangkan ini tugasnya harus buat surat cinta duh rasanya bingung mau nulis apa hahaha.
Bismillah aku pun mulai coba ketik di notes HP, terus kirimin ke suami via whatsapp (padahal lagi sebelahan hihi)
Sengaja aku kirim via whatsapp karena ya simple aja, gak ada waktu juga untuk nulis di kertas terus di hias-hias ala ala anak abegeh hihi, ditambah aku juga mau liat langsung ekspresi dia pas baca surat cintaku ihiy :p

Dan responnya, langsung dong dipeluk terus dikecup keningnya dan sebelum tidur ada notif whatsapp pas aku liat eh taunya ada chat dari suamiku yang isinya balasan surat cinta hihihi 
Untuk isi surat cintanya emang sengaja gak aku post, malu ah cukup fasil dan wali kelas aja yang boleh baca ihihihi

Yang kedua, Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.

Alhamdulillah Allah telah mempercayai aku dan suami untuk amanah berupa seorang anak perempuan berusia 19 bulan yang kami beri nama Shafiyah.
Di usianya yang baru 19 bulan ini, alhamdulillah Shafiyah sangatlah aktif & energik sekali. 
Alhamdulillah diapun sudah bisa diajak berkomunikasi dua arah, sudah bisa mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata, dia juga sudah bisa menceritakan aktivitas yang telah dilaluinya walaupun kata-katanya masih terbatas dan beberapa ada yang kurang jelas.
Dia juga sudah mengetahui nama-nama anggota tubuh (seperti kepala, telinga, dahi, mata, hidung, pipi, tangan, kaki, dada, pusar & perut), sudah bisa berhitung dari angka 3 sampai 10 (aku tidak pernah mengajarkannya, tapi tiap naik anak tangga aku suka menghitung anak tangga yang kami naiki), bisa menyanyikan lagu burung kakaktua dengan irama versi dia, dan sekarang-sekarang ini dia sedang suka bermain huruf hijaiyyah, alhamdulillah dia sudah mengenal mana huruf alif dan ba.
Dan diumur dia yang baru 19 bulan ini alhamdulillah dia sudah terbiasa keluar rumah menggunakan jilbab, jika mau keluar rumah pasti dia akan meminta jilbabnya ke aku. "ake jibab" ucapnya. Ma syaa Allah tabarakallah

Dari semua yang Shafiyah ketahui & ingat, kebanyakan sesuatu dari yang sering dia dengar, karena memang dia belum bisa membaca, walau aku merasa tidak sering mengulang, tapi Shafiyah cepat ingat & paham. 
Karena memang kan usia Shafiyah ini usia yang dimana otaknya sedang berkembang pesat, layaknya spons yang bisa dengan mudahnya menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya. 
Jika aku amati sepertinya Shafiyah ini tipe anak auditory & kinestetik. Karena dia sangat cepat meniru / menyontoh apa saja yang dia dengar & dia lihat.

Selama ini, aku dan suami selalu berusaha membuat setiap moment bersama Shafiyah itu menjadi menyenangkan, kami juga tidak pernah memaksakan Shafiyah. Misal di suatu saat Shafiyah lebih memilih main mobil-mobilan dibanding dibacakan buku, ya kami ikuti. 
Oiya 1 potensi yang terlihat banget dari Shafiyah, dia punya jiwa pemimpin, dia ini tipikal anak yang sukanya ngatur, Kalo saat itu dia maunya A, aku alihin ke B atau C dia akan tetep keukeh maunya ya A dulu, sulit dibantah lah anakku ini hahaha. Sampai pernah dia main bareng sama kakak sepupunya yang umurnya diatas dia, tetep dong dia yang atur mainnya kaya gimana hihi.

Semoga Ummi dan Abi bisa terus membersamai Shafiyah dengan penuh kasih sayang ya Nak, bisa terus mengarahkan kamu ke jalan Allah, dan mendidik kamu sesuai dengan fitrah kamu Nak. aamiin

Yang Ketiga, Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

Alhamdulillah semenjak menikah, orang-orang disekitarku bilang kalau aku sangat berbeda sekarang, sudah jauh lebih dewasa dalam bersikap, jauh lebih penyabar, dan dari segi penampilan pun alhamdulillah lebih menutup aurat dibanding sebelum menikah dulu. 
Menikah menjadi salah satu tahapan dimana aku banyak belajar hal. 
Untuk potensi diriku, menurut ku inilah beberapa potensi yang aku miliki :
- Suka belajar segala hal
- Suka memasak tapi belum pinter masak, masak nasgor aja suka anyep rasanya hahaha
- Teliti, alhamdulillah selama ini aku jauh dari kata ceroboh karena aku terbiasa untuk mengecek ulang segala yang aku lakukan.
- Aku ngerasa punya potensi di bidang fashion, pengen banget belajar jahit supaya bisa bikin baju sendiri dengan model yang aku banget tapi belum kesampaian untuk kursus menjahit (ini bisa dibilang potensi juga gak ya? hihi)

Yang keempatLihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?

Setelah menikah sampai saat ini aku dan suami masih tinggal bersama orangtua kami, kami belum mampu untuk memiliki tempat tinggal sendiri (doakan kami semoga Allah mampukan & mudahkan kami untuk mempunyai tempat tinggal sendiri).
Selama ini kami tinggal berpindah-pindah, sebulan dirumah orangtua aku, sebulan dirumah orangtua suami. Jika ditanya apa gak capek tinggal pindah-pindah begitu ditambah anak kami sudah toddler sekarang. Tentu saja aku capek, dan seringkali aku merasa tidak sanggup dengan kondisi seperti ini. Apalagi ketika dirumah mertua yang dimana disana juga tinggal kakak iparku & keluarganya. Banyak sekali hal yang tidak cocok bagiku selama disana. Bentrokan soal pola pengasuhan anak, sampai pengaruh perilaku anak-anak kakak iparku terhadap anakku, dan masih banyak lainnya yang membuat aku merasa sungguh tak sanggup.
Tapi setelah aku renungi, Allah Maha Tau yang terbaik untukku, pasti Allah punya maksud yang baik untukku dengan menghadapkan situasi seperti ini. Mungkin Allah mau aku banyak belajar pola pengasuhan, agar bisa aku filter sendiri mana yang baik untuk aku aplikasikan ke anakku, dan maksud-maksud baik lainnya yang mungkin belum sepenuhnya aku pahami.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan diatas, aku mulai memahami mengapa Allah menghadirkan keluarga kami, Allah telah memberikan misi spesifik untuk kami yang in syaa Allah mulai bisa aku pahami. 
Semoga aku dan suami akan terus saling menguatkan pondasi keluarga kami ini, dan semoga Allah selalu mudahkan langkah kami. Aamiin allahumma aamiin





No comments:

Post a Comment