Saturday 23 February 2019

NHW #4 MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Tidak terasa sudah memasuki minggu keempat di kelas Matrikulasi.
Dan materi yang didapat pun semakin kesini semakin "sesuatu" banget hehe. Lewat materi-materi inilah aku merasa hidupku sekarang jauh lebih terarah, dan lebih tertata dari sebelumnya in syaa Allah :)

Setelah mengerjakan NHW #3, aku mulai memahami surat-surat cinta dari Allah untukku yang selama ini Dia selipkan lewat segala hal yang ada di sekelilingku lengkap dengan segala kondisinya. 
Alhamdulillah aku mulai peka akan pesan-pesan yang tersirat dalam segala hal yang telah terjadi dalam hidupku. 
Mengapa Allah menghadirkan aku di dunia ini, mempertemukan aku dengan lelaki yang sekarang menjadi suamiku serta memberi kami amanah berupa seorang anak perempuan yang Ma syaa Allah sempurna menurut kami. Semua pasti ada maksudnya, gak mungkin kan Allah cuma iseng mempertemukan aku dengan lelaki yang sekarang menjadi suamiku. Pasti Allah punya maksud dan tujuan baik mempertemukan kami berdua.
Begitu pula dengan segala hal yang terjadi di hidupku, semua pasti ada maksud dan tujuannya.

Lalu, di NHW #4 ini aku merasa semakin diarahkan untuk menyelami lebih dalam diriku sendiri, dan menemukan serta menentukan apa saja langkah terbaik yang harus aku ambil untuk mengembangkan diri sendiri.
Pada NHW kali ini, aku diajak untuk melihat kembali serta mereview NHW ke-1 sampai dengan NHW ke-3, lalu memadukannya dengan kesadaran bahwa mendidik anak haruslah sesuai dengan fitrah anak yang sudah diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sejak mereka dilahirkan ke dunia.






Mengubah Jurusan Ilmu yang dipilih di Universitas Kehidupan


Di NHW #1 aku memilih jurusan Ilmu Sabar & Ikhlas sebagai jurusan yang ingin aku tekuni di Universitas Kehidupan ini. Namun, setelah melewati beberapa minggu di kelas Matrikulasi, dan setelah aku renungi juga tentunya. Aku merasa yakin untuk mengubah jurusan ilmu tersebut ke jurusan 
Ilmu Pengembangan Diri.

Karena setelah aku renungi, Ilmu Pengembangan Diri mencakup juga ilmu sabar & ikhlas didalamnya serta ilmu-ilmu bermanfaat lainnya yang dapat meningkatkan kualitas diri aku sebagai seorang wanita, istri, ibu juga hamba Allah.



Konsisten Melangkah Untuk Memantaskan Diri



Di NHW #2 aku sudah membuat checklist indikator profesionalisme perempuan yang diharapkan dapat menjadi sarana pendukung dalam memantaskan diri demi pertumbuhan karakter yang lebih baik.

Lalu, apakah sudah konsisten menjalani checklist tersebut? Sayangnya belum huhuhu masih ada beberapa point dalam checklist tersebut yang masih belum rutin aku kerjakan :(
Tapi aku sudah bertekad untuk terus memaksakan diri mengerjakan tiap poin yang ada di checklist tersebut.



Menetapkan Misi Hidup, Bidang dan Peran

Sesuai dengan yang pernah aku tulis di NHW #3, in syaa Allah aku mulai memahami maksud Allah Subhanahu wa ta'ala menciptakan aku di dunia ini yaitu untuk menjalankan misi hidup, bidang serta peran tertentu.



Misi Hidup: Menjadi Ibu Profesional yang dapat memberi manfaat serta pengaruh baik untuk orang-orang sekitar, terutama keluarga



Bidang : Pengembangan Diri



Peran : Learner dan Educator




Menyusun Ilmu untuk Menjalankan Misi Hidup

Untuk bisa menjalankan misi hidup tentu saja aku butuh ilmu. Aku perlu tahu ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk dapat menjalankan misi hidup ku.



Ilmu-ilmu yang aku butuhkan, diantaranya:

1. Ilmu Tazkiyatun Nafs
2. Ilmu Manajemen Emosi (didalamnya termasuk ilmu sabar & ikhlas)
3. Ilmu Manajemen Waktu
4. Ilmu Mendidik Anak Berbasis Fitrah
5. Ilmu Teknik Lancar Berkomunikasi
6. Ilmu Bunda Sayang
7. Ilmu Bunda Cekatan
8. Ilmu Bunda Produktif
9. Ilmu Bunda Shaliha
10. Ilmu Muamalah 



Menetapkan Milestone Sebagai Panduan Perjalanan Memenuhi Misi Hidup

Sebelum menetapkan milestone, aku terlebih dulu menentukan batas milestone ini semoga dapat tercapai saat usia ku 35 tahun. Saat ini usiaku hampir 29 tahun, berarti aku punya sisa waktu selama 6 tahun.

Dalam kurun waktu 6 tahun tersebut, aku harus mampu memastikan bahwa 10.000 jam terbang itu dapat terpenuhi. 6 tahun berarti aku punya 2.190 hari yang dimana jika 10.000 jam terbang itu dibagi dengan 2.190 hari maka aku hanya butuh waktu sekitar 4.5 jam per harinya.


Namun mengingat peran aku sebagai ibu, suatu peran yang tidak main-main. Maka aku menetapkan 7 jam sehari sebagai porsi waktu aku untuk belajar serta praktek sehari-hari. Dengan begitu, in syaa Allah aku bisa menguasai semua ilmu ini dalam kurun waktu 4 tahun atau maksimal 5 tahun.

Semua milestone ini in syaa Allah akan dimulai per bulan Maret nanti. Bismillah...


Berikut milestone yang aku tetapkan:



KM 0 - KM 1 (tahun I) Memahami serta mempraktekkan Tazkiyatun Nafs, Manajemen Emosi & Manajemen Waktu



KM 1 - KM 2 (tahun II) Memahami serta mempraktekkan Mendidik Anak Berbasis Fitrah & Teknik Lancar Berkomunikasi



KM 2 - KM 3 (tahun III) Menguasai serta mempraktekkan ilmu seputar Bunda Sayang & Bunda Cekatan



KM 3 - KM 4 (tahun IV) Menguasai serta mempraktekkan ilmu seputar Bunda Produktif & Ilmu Muamalah



KM 4 - KM 5 (tahun V) Menguasai serta mempraktekkan ilmu seputar Bunda Shaliha




Untuk dapat menjalankan milestone ini dan mencapai misi hidup yang telah dibuat, maka aku perlu mengoreksi kembali checklist indikator profesionalisme perempuan yang pernah dibuat ketika NHW #2 sebelumnya. Dan aku perlu mendiskusikan kembali bersama suami untuk memastikan hal ini juga senada dengan misi suami.



Terakhir, untuk memastikan semua terlaksana dengan baik, aku hanya perlu untuk Lakukan, Lakukan, Lakukan, Lakukan !!!




Bismillah....



Saturday 16 February 2019

NHW #3 Membangun Peradaban Dari Dalam Rumah

"Rumah adalah taman dan gerbang peradaban yang mengantarkan anggota keluarganya menuju peran peradabannya” 
Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.


Tulisan diatas merupakan sedikit potongan dari materi ketiga di kelas Matrikulasi, gimana rasanya pas baca itu?
Kalo aku sih terasa seperti dibangunkan dari tidur panjang, langsung kaya yang "ya Allah ternyata selama ini tuh aku sedang menjalankan misi penting dariMu Ya Allah tapi akunya kok ya santai-santai aja huhuhu"
Setelah mendapat materi ketiga ini, aku semakin tersadarkan bahwa menjadi orangtua itu bukan sekedar kodrat, harus totalitas, & fokus.
Dan sekaligus aku merasa mendapat tamparan, bahwa selama ini aku masih jauh sekali dari kata seorang istri yang baik. 
Dimana saat sesi diskusi materi ketiga ini tuh kondisinya aku sedang ngambek sama suami sehabis konflik kecil.
Ah pokoknya materi ketiga ini bener-bener ngenaa banget & nampar aku bangeet lah. 
Bersyukur sekali Allah izinkan aku mengikuti kelas di IIP ini.

Dan untuk NHW kali ini tuh bener-bener sesuatu bangeet. 
Yang pertama, Jatuh cintalah kembali kepada suami anda, buatlah surat cinta yang menjadikan anda memiliki "alasan kuat" bahwa dia layak menjadi ayah bagi anak-anak anda.Berikan kepadanya dan lihatlah respon dari suami.

Nah lho bikin surat cinta, seumur-umur aku tuh belum pernah yang namanya buat surat cinta, seringnya mah dulu dapet surat cinta hihihi
Dan surat cinta tuh bukan aku bangeet lah pokoknya, aku itu bukan tipikal cewek romantis dan gak suka diromantisin yang lebay-lebay kaya drama korea gitu. Sedangkan ini tugasnya harus buat surat cinta duh rasanya bingung mau nulis apa hahaha.
Bismillah aku pun mulai coba ketik di notes HP, terus kirimin ke suami via whatsapp (padahal lagi sebelahan hihi)
Sengaja aku kirim via whatsapp karena ya simple aja, gak ada waktu juga untuk nulis di kertas terus di hias-hias ala ala anak abegeh hihi, ditambah aku juga mau liat langsung ekspresi dia pas baca surat cintaku ihiy :p

Dan responnya, langsung dong dipeluk terus dikecup keningnya dan sebelum tidur ada notif whatsapp pas aku liat eh taunya ada chat dari suamiku yang isinya balasan surat cinta hihihi 
Untuk isi surat cintanya emang sengaja gak aku post, malu ah cukup fasil dan wali kelas aja yang boleh baca ihihihi

Yang kedua, Lihatlah anak-anak anda, tuliskan potensi kekuatan diri mereka masing-masing.

Alhamdulillah Allah telah mempercayai aku dan suami untuk amanah berupa seorang anak perempuan berusia 19 bulan yang kami beri nama Shafiyah.
Di usianya yang baru 19 bulan ini, alhamdulillah Shafiyah sangatlah aktif & energik sekali. 
Alhamdulillah diapun sudah bisa diajak berkomunikasi dua arah, sudah bisa mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3 kata, dia juga sudah bisa menceritakan aktivitas yang telah dilaluinya walaupun kata-katanya masih terbatas dan beberapa ada yang kurang jelas.
Dia juga sudah mengetahui nama-nama anggota tubuh (seperti kepala, telinga, dahi, mata, hidung, pipi, tangan, kaki, dada, pusar & perut), sudah bisa berhitung dari angka 3 sampai 10 (aku tidak pernah mengajarkannya, tapi tiap naik anak tangga aku suka menghitung anak tangga yang kami naiki), bisa menyanyikan lagu burung kakaktua dengan irama versi dia, dan sekarang-sekarang ini dia sedang suka bermain huruf hijaiyyah, alhamdulillah dia sudah mengenal mana huruf alif dan ba.
Dan diumur dia yang baru 19 bulan ini alhamdulillah dia sudah terbiasa keluar rumah menggunakan jilbab, jika mau keluar rumah pasti dia akan meminta jilbabnya ke aku. "ake jibab" ucapnya. Ma syaa Allah tabarakallah

Dari semua yang Shafiyah ketahui & ingat, kebanyakan sesuatu dari yang sering dia dengar, karena memang dia belum bisa membaca, walau aku merasa tidak sering mengulang, tapi Shafiyah cepat ingat & paham. 
Karena memang kan usia Shafiyah ini usia yang dimana otaknya sedang berkembang pesat, layaknya spons yang bisa dengan mudahnya menyerap segala informasi yang ada di sekitarnya. 
Jika aku amati sepertinya Shafiyah ini tipe anak auditory & kinestetik. Karena dia sangat cepat meniru / menyontoh apa saja yang dia dengar & dia lihat.

Selama ini, aku dan suami selalu berusaha membuat setiap moment bersama Shafiyah itu menjadi menyenangkan, kami juga tidak pernah memaksakan Shafiyah. Misal di suatu saat Shafiyah lebih memilih main mobil-mobilan dibanding dibacakan buku, ya kami ikuti. 
Oiya 1 potensi yang terlihat banget dari Shafiyah, dia punya jiwa pemimpin, dia ini tipikal anak yang sukanya ngatur, Kalo saat itu dia maunya A, aku alihin ke B atau C dia akan tetep keukeh maunya ya A dulu, sulit dibantah lah anakku ini hahaha. Sampai pernah dia main bareng sama kakak sepupunya yang umurnya diatas dia, tetep dong dia yang atur mainnya kaya gimana hihi.

Semoga Ummi dan Abi bisa terus membersamai Shafiyah dengan penuh kasih sayang ya Nak, bisa terus mengarahkan kamu ke jalan Allah, dan mendidik kamu sesuai dengan fitrah kamu Nak. aamiin

Yang Ketiga, Lihatlah diri anda, silakan cari kekuatan potensi diri anda. kemudian tengok kembali anak dan suami, silakan baca kehendak Allah, mengapa anda dihadirkan di tengah-tengah keluarga seperti ini dengan bekal kekuatan potensi yg anda miliki.

Alhamdulillah semenjak menikah, orang-orang disekitarku bilang kalau aku sangat berbeda sekarang, sudah jauh lebih dewasa dalam bersikap, jauh lebih penyabar, dan dari segi penampilan pun alhamdulillah lebih menutup aurat dibanding sebelum menikah dulu. 
Menikah menjadi salah satu tahapan dimana aku banyak belajar hal. 
Untuk potensi diriku, menurut ku inilah beberapa potensi yang aku miliki :
- Suka belajar segala hal
- Suka memasak tapi belum pinter masak, masak nasgor aja suka anyep rasanya hahaha
- Teliti, alhamdulillah selama ini aku jauh dari kata ceroboh karena aku terbiasa untuk mengecek ulang segala yang aku lakukan.
- Aku ngerasa punya potensi di bidang fashion, pengen banget belajar jahit supaya bisa bikin baju sendiri dengan model yang aku banget tapi belum kesampaian untuk kursus menjahit (ini bisa dibilang potensi juga gak ya? hihi)

Yang keempatLihat lingkungan dimana anda tinggal saat ini, tantangan apa saja yang ada di depan anda? adakah anda menangkap maksud Allah, mengapa keluarga anda dihadirkan disini?

Setelah menikah sampai saat ini aku dan suami masih tinggal bersama orangtua kami, kami belum mampu untuk memiliki tempat tinggal sendiri (doakan kami semoga Allah mampukan & mudahkan kami untuk mempunyai tempat tinggal sendiri).
Selama ini kami tinggal berpindah-pindah, sebulan dirumah orangtua aku, sebulan dirumah orangtua suami. Jika ditanya apa gak capek tinggal pindah-pindah begitu ditambah anak kami sudah toddler sekarang. Tentu saja aku capek, dan seringkali aku merasa tidak sanggup dengan kondisi seperti ini. Apalagi ketika dirumah mertua yang dimana disana juga tinggal kakak iparku & keluarganya. Banyak sekali hal yang tidak cocok bagiku selama disana. Bentrokan soal pola pengasuhan anak, sampai pengaruh perilaku anak-anak kakak iparku terhadap anakku, dan masih banyak lainnya yang membuat aku merasa sungguh tak sanggup.
Tapi setelah aku renungi, Allah Maha Tau yang terbaik untukku, pasti Allah punya maksud yang baik untukku dengan menghadapkan situasi seperti ini. Mungkin Allah mau aku banyak belajar pola pengasuhan, agar bisa aku filter sendiri mana yang baik untuk aku aplikasikan ke anakku, dan maksud-maksud baik lainnya yang mungkin belum sepenuhnya aku pahami.

Setelah menjawab beberapa pertanyaan diatas, aku mulai memahami mengapa Allah menghadirkan keluarga kami, Allah telah memberikan misi spesifik untuk kami yang in syaa Allah mulai bisa aku pahami. 
Semoga aku dan suami akan terus saling menguatkan pondasi keluarga kami ini, dan semoga Allah selalu mudahkan langkah kami. Aamiin allahumma aamiin





Friday 1 February 2019

NHW #1 Jurusan ilmu di Universitas Kehidupan

Berawal dari tersadarnya aku bahwa menjadi seorang IBU bukan hanya sekedar kodrat setiap wanita namun butuh ilmu dan juga support system tentunya. Akhirnya aku putuskan dan beranikan diri untuk mendaftar menjadi Mahasiswi IIP batch 7.
Bagiku menjadi mahasiswi IIP butuh keberanian & niat yg kuat. Kenapa?
yaa karena dengan segala keriweuhan sebagai seorang ibu yang dimana harus mengurus ini itu, ditambah anakku yang sudah toddler dan alhamdulillah aktifnya luar biasa. Untuk sekedar meluangkan waktu untuk bobo siang cantik aja susyaaah hihi. Tapi kalau dipikir-pikir kapan lagi? mau tunggu sampai kapan? Sedangkan hari-hari ku sebagai seorang istri sekaligus ibu terus berjalan. Aku punya amanah besar dari Allah yang harus aku rawat & didik sebaik mungkin. Supaya kelak tiba saatnya aku bisa menjawab dengan baik di hadapan Allah (Aamiin..)


Daan tibalah saat memasuki kelas Matrikulasi, dan materi pertama adalah Adab Menuntut Ilmu.
Baru masuk kelas di hari pertama aja jujur aku sudah ternganga dibuatnya hihihi. Ditambah pas dapet tugas pertama yang kalau di IIP dikenal dengan Nice Home Work (NHW) uwooowww menantang sekali ma syaa Allah sampai-sampai aku harus benar-benar fokus, berdiskusi dengan suami, mencari kata-kata yang tepat. ketik hapus ketik lagi hapus lagi ketik lagi begitu ajaa teruuss :p
Sampai akhirnya malam ini aku yakinkan diriku bahwa NHW ini harus terselesaikan. Bismillah

Memang apa sih tugasnya? sampe sebegitunya.
Simple sih pertanyaannya tapi aseli bikin aku mikir, merenung juga untuk bisa mengerjakan NHW ini :D

Jadi pada NHW #1 ini kami para mahasiswi diharuskan memilih satu jurusan ilmu yang ingin ditekuni dalam Universitas Kehidupan ini, apa alasan terkuat ingin menekuni jurusan ilmu tersebut, bagaimana strategi kami dalam menuntut ilmu tersebut dan terkait dengan adab menuntut ilmu perubahan sikap apa saja yang kami perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.

Yaak aku disuruh menentukan satu jurusan ilmu yang ingin ditekuni, catat di-te-ku-ni yang dimana artinya aku harus fokus menekuni satu jurusan itu. Sedangkan selama ini aku adalah tipikal orang yang sulit sekali untuk hanya fokus di satu hal saja dalam jangka waktu yang lama. Karena menurutku banyak ilmu-ilmu lainnya yang juga harus aku pelajari. Justru sikap aku yang seperti inilah yang malah menjadikan aku seringnya kelabakan sendiri, bingung sendiri saking banyaknya yang dicari tau dan pelajari. Hasilnya pun jadi tidak maksimal. Dan setelah memasuki kelas Matrikulasi ini alhamdulillah aku mulai mendapat pencerahan bahwa dalam hidup ini harus selalu memiliki prioritas agar hidup kita lebih baik dan terarah.

Lalu akupun mulai berpikir ulang mengenai ilmu-ilmu apa saja yang selama ini aku anggap penting.
Dan setelah aku berpikir ulang, aku pun memutuskan menjadikan ILMU SABAR & IKHLAS sebagai ilmu prioritas yang harus aku tekuni dalam Universitas Kehidupan ini. Ilmu yang paling susah paling tinggi tingkatannya menurut banyak orang termasuk aku sendiri.

Sabar & Ikhlas seringnya mudah diucapkan tapi sulit sekali dipraktekkan.
Dan selama ini aku adalah orang yang sangat jauuuh sekali dari kata penyabar dan jauh pula dari ilmu ikhlas,
Hal ini lah yang menjadikan aku pribadi yang kurang bersyukur, suka mengeluh dan menjauhhkan ku dari ilmu-ilmu bermanfaat lainnya hiks. Itulah alasan mengapa aku harus bangeet mempelajari, menekuni dan mempraktekkan Ilmu Sabar & Ikhlas ini

Strategi yang harus aku coba terapkan untuk menekuni Ilmu Sabar & Ikhlas di Universitas Kehidupan ini antara lain,

1. Selalu Husnudzon Pada Allah
Yakini bahwa Allah sesuai prasangka hambaNya, Allah tidak memberikan apa yang diinginkan oleh hambaNya tapi Allah selalu memberikan apa yang dibutuhkan hambaNya. Walaupun kejadian buruk sekalipun yakinlah selalu ada hikmah yang bisa diambil dari setiap kejadian. Karena terkadang apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah dan apa yang kita anggap buruk bisa jadi menurut Allah itu baik untuk kita.

2. Percaya dengan takdir Allah
Yakini bahwa setiap yang terjadi dalam hidup ini baik itu kejadian menyenangkan maupun kejadian yang menyedihkan itu semua adalah takdir Allah, sudah kehendak Allah.
Qodarullahu wa maa syaa'a fa'ala (Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia perbuat)
Dengan keyakinan seperti itu, aku harap akan menjadikanku lebih tegar saat dihadapkan dengan suatu masalah atau musibah tidak melulu menyalahkan keadaan atau orang lain.

3. Meluruskan Niat
Aku harus senantiasa meniatkan segalanya karena Allah, segala sesuatu yang dilakukan karena Allah tidak akan ada yang sia-sia. Sehingga meminimalisir kemungkinan aku merasa kecewa saat dihadapkan dengan realita yang tidak sesuai dengan harapanku, dengan begitu akupun akan menjadi lebih ikhlas dalam menjalani dan menghadapi setiap fase kehidupan ini.

4. Senantiasa Instropeksi Diri
Instropeksi diri sangatlah penting karena waktu terus berjalan. Merugilah kita jika tiap harinya hanya menjadi orang yang sama, yang dalam artian tidak ada progress ke arah yang lebih baik setiap harinya.

5. Senantiasa berdoa kepada Allah
Berdoa agar selalu Allah berikan hidayahNya, karena akan percuma kita menguasai teori A-Z jika Allah mencabut hidayahNya dari diri ini. Naudzubillah min dzalik

6. Mencari lingkungan yang baik
Sulit rasanya jika kita ingin berubah menjadi lebih baik tapi lingkungan tidak mendukung, yang ada semangaat bakal cepet kendor yakan.


Lalu demi keberhasilan aku dalam menekuni Ilmu Sabar & Ikhlas di Universitas Kehidupan ini tentu saja harus ada sikap yang aku perbaiki, yaitu Merasa diri ini sudah pintar
Seringkali aku merasa "ah udah tau ini mah begini begitu kan". Justru sikapku seperti inilah yang menjadi penghalang masuknya ilmu-ilmu baik & bermanfaat lainnya.


Bismillah...
Semoga Allah selalu memberikan HidayahNya untukku, semoga dengan ikhtiar ku mengikuti program matrikulasi di IIP ini dapat menjadikanku pribadi yang lebih baik, semoga aku dapat mengamalkan segala ilmu yang aku dapat. Dan semoga aku berhasil menekuni Ilmu Sabar & Ikhlas ini agar kelak bisa lulus dari Universitas Kehidupan ini sebagai lulusan terbaik. Aamiin Allahumma Aamiin :)